Wednesday, February 25, 2009

ADA EGOISITAS KEDAERAHAN DI NEGERI KITA INI

Pemikiran anak muda jaman sekarang perlu diketahui, yaitu dengan cara mengetahui pemikiran dari anak muda tersebut, khususnya para pelajar. Kita dapat memberikan bimbingan dan pengarahan guna mempertahankan keutuhan bangsa Indonesia. "Makane tho... koe.. koe... sing isih sekolah ki mbok sinaune sing tenanan, nek ning sekolahan ki utek e sing dienggo, dudu pejengane sing di umuke opo meneh sok sokan gawe genk barang mergo mung ben di segani konco-koncone lha nek meh disegani mendingan dadi gali terminal utowo gali pasar wae".
Beragam permasalahan juga perlu ditinjau secara bersama karena sifat individualitas manusia selalu ada. Tapi apalah arti perjuangan jika tidak didukung oleh para generasi muda Indonesia yang cerdas dan bersifat nasionalisme. Masalah yang terus menimpa bangsa ini bukanlah masalah tiap masing-masing individu atau masing-masing daerah namun terdapat masalah kompleks yang menjadi permasalahan penting bersama bangsa ini.

Budaya hedonisme, globalisasi, kosmopolitan sampai emosi etnisitas yang mencuat menjadi masalah penting bagi bangsa ini. Hal ini dapat dilihat karena adanya sifat kedaerahan yang menjadikan nilai 'Matematika' Indonesia sangat buruk. Coba anda lihat perhitungan ini: 27-1=33. Menurut anda hasil dari pengurngan itu salah khan?. Senenarnya bukannya salah tapi terjadi kekeliruan. Hal ini dapat anda lihat ketika propinsi di Indonesia yang dahulu sejumlah 27 propinsi kemudian hilang satu (sebut saja Timor-timor) kok malah bertambah menjadi 33 propinsi, berarti ada egoisitas kedaerahaan dalam bangsa ini.
Garis besar yang perlu dipahami oleh bangsa ini yaitu menjadi pluralitas bangsa. Sikap etnisitas harus di hilangkan. Pluralitas sebaiknya jangan di hapus atau dihilangkan tapi sebaiknya di bangun dan dikelola agar menjadi alat pemersatu bangsa, bukan malah menjadi pemecah bangsa. Tantangan menjadi semakin berat didalam kubu internal yang disibukan dengan permasalahan etnisitas, kosmopolitan, krisis moral, krisis ekonomi ditambah dengan krisis kepercayaan."Wah ono ono wae masalah ning negaraku ini, wis krisis ekonomi, krisis kepercayaan, banyak pengangguran, pejabat podo korupsi, cah cah sekolah podo tawuran, rasis, agama didadeke benteng kanggo ngrusaki opo-opo, Wealah jaman serba IT kok podo isih berperilaku primitif".

1 comment:

  1. 27 - 1 = 33
    untungnya ga mati satu tumbuh seribu.
    egosentral, egolokal, ego suku, dll itulah yang muncul sekarang. plus jargon para pejabat "lebih baik menjadi raja kecil di daerah, daripada jadi anak buah di pusat"

    maka terbentuklah propinsi baru, kabupaten/kota baru.
    Semuanya diusung oleh politisi yang ga kebagian tempat/kursi dengan menjadikan rakyat kecil sebagai ujung tombak untuk pengembangan wilayah.

    setelah itu mereka berkoar-koar
    "akulah yang memperjuangkan kabupaten anu atau propinsi anu"

    ah manusia, ga pernah merasa puas

    ReplyDelete

Silahkan anda berkomentar dengan benar, jujur dan sopan